Minggu, 18 September 2016

cerpen lucu_perjuangan Gucer


Perjuangan Gucer
Oleh: WR. Atiro

Mentari pagi mulai mengintip malu-malu melalui celah-celah rimbunya dedaunan pohon, sedikit demi sedikit embun pagi di uapkan perlahan oleh hangatnya mentari. Gucer. Cowo super duper  yang mempunyai rambut klimis dengan bau minyak jlantah yang semerbak serta celana kolor usang serta kaos oblong yang bolong-bolong*. Ia mulai berjalan keluar dari tempat persemayamanya alias kamar tidur. Tanpa mandi tanpa ganti baju ia berjalan sempoyongan menuju kamar mandi yang di dalamnya terdapat lemari makanan untuk mengisi perutnya yang mengeluarkan banyak bunyi, ada bunyi musik dangdut, musik keroncong, sampai bunyi musik milik tetangga pun keluar dari perutnya. Maklum selama dua hari lima malam tak di isi apapun karena tak punya uang. Ia perlahan membuka lemari makanan dan mendapati lemarinya kosong tak ada apapun. Ia baru ingat dari kemaren kan nggak punya uang, mana bisa ia punya makanan. Haahh. Lalu ia berjalan menuju gudang yang letaknya di depan pintu masuk. Gudang di rumahnya unik. Biasanya letak gudang kebanyakan orang kan di rumah bagian tengah atau belakang, nah si gucer ini gudangnya berada di depan pintu masuk dan jika ia mau keluar maka ia harus melompat lewat jendela tanpa tirai yang berada di kamar tidur. “braakk”. Gucer membuka pintu gudang. Ia mencari-cari barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana. Eehhh sorry sorry. Maksud ku barangkali  ada makanan sisa dari tikus-tikus yang biasa berkeliaran. Namun hasilnya nihil alias nol setengah besar setengah kecil. Tak ada apapun yang ia temui selain kekosongan. Kemudian ia berfikir untuk mencari makanan di luar saja, barangkali ada tetangga yang mau kasih makanan. Ia segera pergi menuju kamar tidur. Lohh? . ya kan tadi akses untuk jalan keluar nya kan lewat jendela yang ada di kamar tidur. Akhirnya ia segera berlari dan melompat jendela dengan penuh ancang-ancang karena tinggi jendela tersebut dari tanah sepanjang lima senti meter. Cukup tinggi sekali yah.eeehhh. setelah ia berhasil melompat dari jendela ia segera berlari dan lupa untuk menutup jendelanya kembali. padahal jendelanya memang selalu terbuka karena tak ada tutupnya. Alah tau ah. Yang penting si Gucer udah mulai mengais makanan di jalanan. Aduh kasian banget saya melihatnya. Niatnya saya mau membantu dia, tapi kalau saya membantu maka nggak jadi buat cerita ini dong. Ya udah saya mutusin nggak usah membantu dia. Okey kembali lagi ke si Gucer. Ia dengan telaten mencari di samping-samping rumah warga barangkali ada sisa makanan yang di buang. Dan setengah jam kemudian usahanya sia-sia. Lalu ia berjalan ke tepi jalan raya atau trotoar dan duduk sembari bersila menengadahkan tangan. Sesekali ia sambil berucap “tuan-tuan yang budiman tolonglah saya, saya butuh makanan, sudah beberapa hari saya banyak makan dan rasanya kenyang sekali” mohonya dengan bercucuran air mata yang membuat jalanan ini menjadi banjir. Setengah menit lebih empat puluh detik, ia duduk merenung dan berfikir ‘kalau minta makanan kan harusnya udah laper banget, bukan udah kenyang banget, aduh siapa sih yang nulis cerita ini, dia emang nggak tahu apa benar-benar b*doh yah’. Dan akhirnya saya sebagai penulis mendengar sayup sayup suara yang di ucapkanya. Saya merasa sangat tersinggung di bilang b*doh oleh si gucer. Saya berniat putus asa tapi nggak jadi karena si Gucer belum dapat makanan, jadi Saya berniat untuk putus nadi. Eeehhh. Kembali pada si Gucer yang ternyata sedang berbincang-bincang dengan seseorang. Orang tersebut seperti asing di mata Saya. Dan Saya nggak mau menceritakanya karena Saya hanya mau menceritakan Gucer. Lelaki yang tadi berbicara kepada Gucer entah bicara apa karena tiba-tiba saja Gucer ikut masuk ke mobil lelaki tersebut. Mobil merpedes namanya. Pak lelaki itu yang ternyata namanya Macron adalah seorang pengusaha terkenal. Ia membawa Gucer untuk makan siang bersama di hotel bintang separuh. Saya berfikir ah pasti Gucer sudah kenyang dan Saya putuskan untuk berhenti menulis cerita ini sampai Gucer kenyang. Karena sekarang si Gucer udah kenyang, saya duduk duduk santai menikmati pemandangan langit kelabu sekelabu hatiku yang membiru yang tak pernah di hiasi cinta. Aduh keceplosan deh kalau saya selalu jomblo.
 “tolong…tolong…” suara seseorang, seperti….. seperti…. Ah Gucer. Gucer merintih kesakitan memegangi perutnya dan mendatangi penulis cerita ini yang tak lain adalah saya sendiri sambil berucap dengan nada yang sangat lantang, tapi karena ia sedang menderita kelaparan  jadi terdengar seperti sebuah bisikan. Ia menyalahkan Saya karena tak di teruskan tulisanya pada saat menulis sampai adegan masuk hotel bintang separuh. Gucer hanya berdiam diri mematung tak bernyawa saat di hotel tersebut karena menunggu keputusan apa yang akan Saya tulis. Alhasil dengan berbaik hati Saya lanjutkan lagi cerita ini. Gucer segera berjalan tertatih-tatih dengan lunglai, letih, lemas, lesu, lebay, eehh. Ia menuju warteg terdekat yang berada di pinggir pantai. Kenapa tiba-tiba warteg di pinggir pantai yah? Ah tau ni penulis nggak kreatif. Gucer pun tetap berjalan dan memasuki ruang makan tersebut. Ia menggunakan uang yang di berikan oleh Pak Macron tadi yang di tinggalkan di atas kepala Gucer saat Gucer  berdiri mematung di hotel bintang separuh. “bu makan bu” ucap gucer pada penjual di warteg tersebut. “saya masih muda pak, panggil saya mbak bukan ibu” teriak wanita itu sambil memandang dengan tatapan tajam seperti tatapan mata semut. “ma..aaf..bu…eh salah..maksud ku maaf bu” ucap gucer dengan gagap. “emang gue ibumu?” teriak mbak itu yang membuat dinding warteg bergetar. Gucer segera minta maaf dan keluar dari warteg karena di usir oleh mbak penjual. Ouuhh sungguh kejam kau mbak penjual makanan. “yang kejam itu elu penulis b*doh. Aku kan cuma di gerakan oleh mu. Yang bener dong. Udah laper banget nih”. Ucap gucer dengan nada amarah. Aduuh maafkan saya gucer. Dengan sekuat tenaga saya membawa gucer ke rumah saya sebagai tebusan permitaan maaf dan memberikan gucer hidangan istimewa lalu menyuapi gucer menggunakan sekop karena ia amat lapar. Selamat makan gucer.
*bolong-bolong = berlubang/ sudah banyak yang sobek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar