Jumat, 30 Desember 2016
wardahA: laporan KKL jurusan PBA
wardahA: laporan KKL jurusan PBA: LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB Disusun oleh: Atirotul Wardah (14030260...
Kamis, 29 Desember 2016
laporan KKL jurusan PBA
LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
Disusun oleh:
Atirotul Wardah (1403026060)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2016
A.
Latar
Belakang
Bahasa arab merupakan bahasa yang penting bagi semua orang.
Pentingnya mempelajari bahasa arab ini semata-mata bukan hanya untuk orang
islam karena sebagai bahasa Al-Qur’an, namun bahasa arab juga sebagai bahasa
internasional yang di butuhkan khususnya bagi bangsa dan Negara kita, Negara
Indonesia.
Dalam mempelajari bahasa arab dan menguasai bahasa arab, maka
seseorang itu harus mempunyai 4 maharoh atau skill. Skill tersebut ialah
maharotul istima (kemampuan mendengar), maharotul kalam (ketrampilan
berbicara), maharotul kitabah (ketrampilan menulis), serta maharotul qiro’ah
(ketrampilan membaca). Dalam mencapai ketrampiln-ketrampilan tersebut, jurusan
pendidikan bahasa Arab fakultas tarbiyah Uin walisongo melakukan kuliah kerja
lapangan ke pare. Pare merupakan tempat yang menyediakan kursus bahasa asing.
Sering di lakukan untuk penelitian dan banyak yang belajar atau kursus bahasa
asing di sana dan banyak yang telah berhasil menguasai bahasa asing.
Dengan adanya kuliah kerja lapangan ke Pare, di harapkan mahasiswa
UIN walisongo khususnya jurusan Penddikan Bahasa Arab bisa mengambil manfaat
dari sana juga mengetahui metode-metode yang di ajarkan di sama. Dengan
mengetahu metode yang efektif di harapkan bisa di terapkan untuk mempraktekan
di wilayah uin walisongo sebagai sarana pembelajaran serta bisa mengaplikasikan
bahasa sesuai kaidah yang telah di pelajari di Pare.
B. Agenda kegiatan saat KKL
Dalam pelaksanaan kuliah kerja lapangan ini, ada beberapa daftar
agenda kegiatan yang di rencanakan, daftar agenda kegiatanya sebagai berikut:
Hari
ke 1
Pada
pukul 05.30 – 06.30 persiapan pemberangkatan KKL
pukul
06.30 – 11.30 perjalanan ke jawa timur dan sampai di Ngawi
pukul
11.30 makan siang di rumah makan daerah Ngawi
pukul
12.00 – 15.00 perjalanan menuju pare, Kediri di lanjutkan sholat Ashar dan
dhuhur (jama’ takhir)
pukul 15.30 – 16.30 melanjutkan perjalan ke tempat tujuan KKL,
Al-azhar Pare.
Pukul 16.30 – 18.00 pembelajaran di Al-Azhar
Pukul 18.00 – 21.00 perjalanan menuju hotel dan makan malam
Pukul 21.00 – 23.00 di BNS Malang
Pukul 23.00 kembali ke hotel dan beristirahat
Hari ke 2
Pukul 06.30 makan pagi di hotel
Pukul 09.45 – 10.00 chek out hotel dan perjalanan menuju pusat
oleh-oleh
Pukul 12.30 – 13.00 makan siang di tempat pusat oleh-oleh dan
sholat jama’ taqdim(dhuhur dan asar)
Pukul 13.00 -13.45 perjalanan menuju jatim park 2
Pukul 13.45 – 17.30 menikmati suasana jatim park 2
Pukul 17.30 – 18.00 makan malam dan sholat jama’ maghrib dan isya’
Pukul 18.00 – 21.00 perjalanan ke makam GusDur
Pukul 23.00 perjalanan pulang ke Semarang
Hari ke 3
Pukul 05.00 sholat subuh di Surakarta
Pukul 06.00 – 09.15 perjalanan menuju UIN Walisongo Semarang
Pukul 09.15 sampai di kampus 2 UIN Walisongo Semarang
C.
Pembahasan
1.
Deskripsi
tempat kegiatan
Lembaga pelatihan bahasa Al-Azhar Pare terletak di jalan cempaka
no. 29, Tegalsari, Tulungrejo, Pare, Kediri. Ia berdiri pada tanggal 1 januari 2013
dan merupakan salah satu tempat kursus atau pelatihan bahasa yang ada di Pare,
Kediri. Al-Azhar berdiri untuk membantu para pelajar dan praktisi bahasa dalam
memahami dan menguasai bahasa asing. Di Al-Azhar ini menerapkan beberapa metode
pembelajaran.
2.
Proses
kegiatan KKL
a.
Pembukaan
KKL
Proses
kegiatan KKL di mulai dengan pembukaan yang di buka oleh ketua jurusan
pendidikan bahasa Arab dan perwakilan dari mentor pada pembelajaran bahasa
tersebut. Pembukaan KKL ini juga di ikuti oleh seluruh mahasiswa jurusa PBA
angkatan 2014.
b.
Pembagian
kelas pembelajaran
Pembagian kelas pembelajaran
tersebut sesuai dengan pembagian yang sebelumnya sudah di bagi oleh kepanitian
kkl. Di pare ini, setiap mahasiswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
Ada kelompok qowaid, mufrodat dan kelompok mukhadatsah. Adapun saya sendiri
masuk ke kelompok mukhadatsah di mana nantinya akan meneliti pembelajaran
mukhadatsah yang ada di Al-Azhar tersebut dan bagaimana cara penyampaian nya
serta metode apa yang di gunakan dalam pengajaran mukhadatsah tersebut.
c.
Proses
pembelajaran
1)
Sekilas
tentang mukhadatsah
Mukhadatsah
merupakan salah satu metode pembelajaran bahasa arab yang ada di lembaga pelatihan
bahasa Al-Azhar Pare, Kediri. Salah satu implementasinya adalah jika untuk para
pemula maka di awali dengan materi
perkenalan.
2)
Media
pembelajaran
Media
yang di gunakan dalam pembelajaran mukhadatsah ini berupa papan tulis, buku,
spidol, dan alat yang mendukung pembelajaran.
3)
Isi
materi
Isi
materi yang di ajarkan dalam kelas mukhadastah berupa perkenalan, sang mentor
memberikan kosa kata yang mudah dan memberikan beberapa kalimat kemudian
menyuruh beberapa mahasiswa maju ke depan untuk menyeritakan apa yang tadi
sudah di perdengarkan. serta para mahasiswa yang mengikuti kelas mukhaatsah di
suruh saling berpasangan dan bercakap-cakap menggunakan bahasa arab.
4)
Evaluasi
di Pare
Dalam
kegiatan sehari-hari di pare khsunya Al-Azhar tidak lepas dari yang namanya
evaluasi mengenai perkembangan pembelajaran bahasa. Setiap satu minggu sekali
juga ada evaluasi. Untuk kelas mukhadatsah sendiri ada tes lisan. Tes ini
berupa percakapan antara sesame selama 30 menit atau di suruh bercerita selama
kurang lebih 20 menit.
D.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang di dapat dari analisis hasil kegiatan kuliah kerja lapangan sebagai
berikut:
1.
Metode
penyampaian bahasa yang baik di gunakan oleh para pengajar kepada peserta didik
itu harus menurut tingkatan dan kemampuan peserta didik.
2.
Untuk
bisa belajar bahasa harus sering berlatih untuk berbicara, seperti halnya dalam
pembelajaran muhadatsah. Peserta didik selalu di latih terus menerus untuk
berbicara.
3.
Dalam
mempelajari mukhadatsah juga harus hafal tentang mufrodat-mufrodat.
wardahA: laporan kunjungan museum ronggowarsito
wardahA: laporan kunjungan museum ronggowarsito: LAPORAN KUNJUNGAN DI MUSEUM RONGGOWARSITO SEMARANG Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa Dosen Pe...
wardahA: puisi hati ku
wardahA: puisi hati ku: Pengkhiatanmu Oleh: WR. Atiro Semburat cahaya merah yang memancar Di ufuk selatan Membawa duka yang panjang Penuh penantia...
puisi hati ku
Pengkhiatanmu
Oleh: WR. Atiro
Semburat cahaya merah yang memancar
Di ufuk selatan
Membawa duka yang panjang
Penuh penantian...
Penantian...kesetian...kebahagiaan..juga kesepian..
Semua berkumpul di sini,..dalam relung hati yang
paling dalam
Berbulan-bulan setia menemanimu
Bertahun-tahun menjajari langkahmu
Bahkan sampai mati pun jiwa ini menunggumu
Setiap hari...menit..dan detik..
Suara ini menyatu dengan alam
Mendendangkan nama mu..
Letih tak terkira
Namun selalu mencoba bertahan ...
Minggu lalu ku dengar kau akan pulang
Kerinduan dan kebahagiaan bergejolak seirama
Mebuncah keluar dari hati yang dalam
Raga ini berlari ...bersemangat
Namun seketika juga hati ini remuk bekeping keping
Hancur tak berbentuk..
Melihatmu bersanding dengan dewi cantik dari seberang
Redup jiwa ini...lemah raga ini ... Tak mampu
langkahkan kaki...
Awan mendung menyelimuti dataran ini...sore ini...
Menyisakan kepedihan
Serta kesengsaraan hati :'(
laporan kunjungan museum ronggowarsito
LAPORAN KUNJUNGAN
DI MUSEUM RONGGOWARSITO
SEMARANG
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, M.SI
Oleh:
Atirotul Wardah
NIM. 1403026060
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
Nama
Ronggowarsito dipakai sebagai nama museum karena merupakan pujangga yang
fenomenal di Keraton Surakarta dan karya sastranya mengandung nasehat-nasehat
dan petunjuk-petunjuk bagi bangsa Indonesia yang sifatnya membangun dan
mendidik menuju pada kemuliaan, kesejahteraan, kejayaan, dan kebahagiaan bangsa
Indonesia seluruhnya.
Koleksi-koleksi
dari museum Ronggowarsito berjumlah 59.802 buah yang terbagi dalam 10 jenis,
yaitu: geologi, biologika, arkeologi, historika, filologi,
numismatic/heraldika, kramologika, teknologika, ethnografika, dan seni rupa.
Dalam
laporan ini penulis akan memaparkan beberapa koleksi yang ada di museum
Ronggowarsito yang terkait dengan adanya nilai budaya Islam dan Jawa dalam
koleksi tersebut
Museum
Ronggowarsito menyimpan koleksi-koleksi peninggalan dalam hal budaya Jawa,
diantaranya adalah koleksi miniatur Masjid Agung Demak, miniatur Menara Kudus,
Wayang Kulit, Bedug dan Kentongan juga Gamelan Jawa. Peninggalan-peninggalan
tersebut ternyata menyimpan sejarah yakni adanya pola interelasi dalam budaya
Jawa dan Islam. Keduanya berakulturasi dengan membentuk suatu kebudayaan baru
yang tidak mempengaruhi keyakinan Islam dalam hal ritual ibadah.
A.
Menara Kudus
Masjid Menara Kudus (disebut juga
dengan Masjid Al Aqsa dan Masjid Al Manar) adalah sebuah mesjid
yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi
atau tahun 956
Hijriah
dengan menggunakan batu Baitul Maqdis dari Palestina
sebagai batu pertamanya. Masjid ini terletak di desa Kauman, kecamatan Kota,
kabupaten
Kudus, Jawa Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena
memiliki menara
yang serupa bangunan candi.
Masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu.
Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak lepas dari peran Sunan Kudus
sebagai pendiri dan pemrakarsa. Sebagaimana para Walisongo
yang lainnya, Sunan Kudus memiliki cara yang amat bijaksana dalam dakwahnya. Di
antaranya, dia mampu melakukan adaptasi dan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat
yang telah memiliki budaya mapan dengan mayoritas beragama Hindu dan Budha.
Pencampuran budaya Hindu dan Budha dalam dakwah
yang dilakukan Sunan Kudus, salah satunya dapat terlihat pada Menara Masjid
Kudus ini.
B.
Wayang
Adapun beberapa wayang yang terdapat
pada musiium Ronggowarsito diatntaranya adalah sebagai berikut :
1.
Wayang sadat, wayang ini diciptakan oleh Suryadi Warno
Suhardjo di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Wayang ini sepenuhnya bernafaskan
Islam dengan suasana pesantren dan dalam penyampaiannya tetap menggunakan dasar
budaya Jawa. Bentuk wayang peraga dibuat lebih realistik. Sunggingan wayang
Sadat lebih meriah dibandingkan dengan wayang kulit Purwa dengan menggunakan
warna-warna yang lebih cerah.
Yang unik dari pagelaran wayang ini
adalah suara pukulan bedhug bertalu-talu disusul dengan ucapan assalamualaikum
oleh dalang yang memainkan wayang sebagai penanda dibukanya pagelaran wayang
Sadat. Dan cerita yang ditampilkan dalam wayang diambil dari kisah para wali
dan riwayat penyebaran Islam di Pulau Jawa. Wayang ini digunakan sebagai
keperluan dakwah Islam yang sering dikaitkan dengan kata syahadatin dalam
penamaannya sebagai akronim sarana dakwah dan tabligh.
2. Wayang
warta, wayang ini menceritakan kisah yang bersumber dari
kitab injil. Wayang ini diciptakan oleh
R. Soemiyanto di Klaten.
3. Wayang
golek, wayang ini terbuat dari kayu dan
diberi baju seperti manusia. Menurut legenda yang berkembang, Sunan Kudus
menggunakan bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan Islam di masyarakat
dengan menggunakan bahasa Jawa. Selain berfungsi sebagai penyebar agama
Islam pertunjukkan seni wayang golek ini juga menjadi pelengkap upacara selamatan atau ruwatan,
serta menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu.
4.
Wayang
kulit, menurut sejarah orang yang pertama kali membuat jenis wayang ini adalah
sunan Kalijaga dengan tujuan menyebarkan agama Islam, wayang ini terbuat dari
lembaran kulit kerbau atau sapi yang dipahat menurut bentuk wayang, kemudian
disungging dengan warna-warni yang mencerminkan perlambangan karakter dari sang
tokoh dan terdapat cempurit. Cempurit adalah kerangka yang terbuat dari tanduk
kerbau atau kulit penyu. Yang digunakan sebagai penguat agar lembaran wayang
tidak lemas.
C. Bedug
dan Kentongan
Bedug terkait dengan masa prasejarah
Indonesia di mana nenek moyang kita sudah mengenal nekara dan moko, sejenis
genderang dari perunggu yang dipakai dalam minta hujan. Kata Bedug juga sudah
disinggung dalam Kidung Malat, sebuah karya sastra dari abad ke 14-16 Masehi.
Dalam Kidung Malat dijelaskan bahwa bedug dibedakan antara bedug besar (teg-teg)
dengan bedug ukuran biasa. Bedug pada masa itu berfungsi sebagai alat
komunikasi dan penanda adanya perang, bencana alam atau hal mendesak lainnya.
Dibunyikan pula untuk menandai tibanya waktu. Maka ada istilah Jawa yang
mengatakan, “Wis wanci keteg.” (sudah waktu siang). Kata ”keteg”
diambil dari saat teg-teg dibunyikan.
Seiring perkembangan zaman, bedug
dan kentongan berubah fungsi, yaitu untuk pertanda bahwa waktu sholat fardhu
telah tiba sebelum adzan dikumandangkan. Bedug sendiri terbuat dari kulit sapi
ataupun kambing yang sudah dikeringkan lalu, dipasang pada kayu yang sudah
berbentuk tabung tanpa alas,tutup serta isi. Sedangkan Kentongan terbuat dari
kayu yang dilubangi memanjang sehingga menimbulkan bunyi yang khas. Bunyi dari kedua benda itu mempunyai makna tersendiri. Bunyi
kentongan yg berbunyi “tong...tong..tong”
memiliki arti kalau masjid ijeh kotong
kata orang jawa yang artinya masjid masih kosong. Sedangkan bunyi bedug yang
berbunyi “deng...deng..deng” memiliki
arti bahwa masjid ijeh sedeng kata
orang jawa yang artinya masjid masih muat. Maka dari itu bedug dan kentongan
dijadikan sebagai pembuka sebelum adzan karena bunyi dari kedua benda tersebut
berisi ajakan untuk mengisi masjid yang masih kosong dan masih muat untuk beribadah.
Dalam hal ini adanya unsur budaya Jawa dalam kedua benda tersebut, kemudian
berakulturasi dengan Islam terbentuklah suatu kebudayaan baru dimana kedua
benda tersebut menjadi alat komunikasi pertanda masuknya waktu shalat fardhu
bagi umat Islam.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Langganan:
Postingan (Atom)